SUFI DAN TURKI UTSMANI

Pada tahun 1037 M Turki dapat menguasai kekhalifahan Abassiyah. Akan tetapi, akhirnya lumpuh oleh bangsa Mongol, kecuali bangsa Turki yang dipimpin oleh Ertughril, yang selanjutnya menjelma menjadi Turki Usmani. Puncak kemegahannya dari tahun 1520-1566 M, dibawah pemerintahan Sulaiman I. Namun, akhirnya juga lumpuh pada abad ke-19. Tetapi, berkat ketekunan para pembaharu dan para tokoh-tokoh, negara itu dapat bangkit kembali dengan mengadakan beberapa frase pembaharuan pada masa Sultan Mahmud II,Tanzimat,Usman Muda,danTurki Muda.

            Di masa ini ada tiga tingkatan penyair sufi yang terkenal, tingkatan pertama dididik secara teknis dan intelektual tentang ibn al faridl dan mempengaruhi tasawuf oleh para imam sufi zaman ini, seperti Ibnu Araby, Syihabuddin assahrudy, Ibnu sab’in walhariri dan As syadzily walmursy.

            Dari kepala tingkatan ini ada As Sysytiri (w. 668 H), Muhammad bin Abdul Mun’im (w. 685 H), Muhammad bin Isroil (w. 677 H), ‘Afifuddin At talmisani (w. 690 H).Dan tingkatan kedua ada Najdul Busyiri Muhammad bin Sa’id (w. 695 H) dan At Taqyuddin As Sarujy (w. 793 H).Dan ditingkatan ketiga ada Ibnu Al ‘Ajamy, Ibnu Abi hujalah At Talmisani (w. 776 H).

            Diantara penyair sufi di zaman ini yaitu tren dan doktrin termasuk arahan jiwa atau jalan awan yang dipresentasikan oleh umar ibn Al Faridl dan melanjutkan pendekatan intimnya.

            Puisi sufi menumpukkan perhatian terhadap yang kekal dan kerinduan atau kehadiran yang satu. Kerinduan dan kesabaran menunggu kehadiran yang satu dalam penglihatan kalbu merupakan satu diantara tema-tema penting karya para penyair sufi. Perbedaan puisi zuhudiyah dengan puisi sufi, apabila zuhudiyah gemar membicarakan hukuman di hari akhirat, perkara surga dan neraka, maka para sufi tidak begitu memberi perhatian terhadap masalah-masalah tersebut. Menurut para sufi mencintai Tuhan bukanlah untuk mengharap untuk masuk surga atau terbebas dari neraka. Dan juga meskipun para sufi menolak terikat pada dunia dan tidak menyukai materialisme, namun mereka mencintai kemanusiaan dan keindahan dunia, karena alam kejadian dan kemanusiaan merupakan manifestasi dari cipta-Nya dan juga manifestasi dari cinta dan keindahan-Nya. Pandangan para sufi jelas lebih optimis dibandingkan pandangan zuhudiyah , tidak sedikit diantara mereka bergiat dalam bidang kemasyarakatan dan pendidikan.

            Dalam pandang sufi, dalam lubuk hati manusia yang terdalam yang disebut syiir ada tempat dimana manusia daat melakukan perckapan rahasia dengan tuhannya. Penyucian hati dari pada ingatan pada selain tuhan dan pemenuhanya denga ingatan kepada tuhan, merupakan cara agar hati layak menjadi, tempat percakapan tersebut. Kadang sajak sufi dengan mempertahankan tema cinta kepada tuhan dan kerinduan terhadap-Nya, menggabarkan tahapan-tahapan kerohanian yang mereka lalui.

            Kesusasteraan sufi arab mencapai puncak perkembanganya pada abad ke 12-13 dengan munculnya penulis-penulis krolifik dan pemikir tasawuf terkemuka, seperti : Ibn Arabi, Shodrudin Al-Kunyawi, Ibn Athoillah Al-Sakandary, Ibn Al-Farid, Imam Ghozali, dll.pada masa itu tassawuf juga berkembang dengan suburnya disebagian negri islam, pada abad-abad itu kesusteraan sufi bertambah subur perkembanganya dengan munculnya penulis-penilis sufi persi terkemuka, seperti: Sana’i, Jalaludin Rumi, Fakhrudin Iraqi, Maghribi, dll. Pada abad ke 16-19 kesusteraan sufi berkembang mulai di turki, afrika utara, benua kecil india, dan di kepulauan nusantara.

Komentar