Tidak sedikit orang mengatakan padaku, bahwa kami adalah pasangan yang serasi. Contoh, Kala aku berjalan dan dia berlari mengiringi langkahku dari belakang, atau, kala ujian tiba dan tempat duduk kami bersandingan. Atau lagi, ketawa kami, atau lagi, pakaian kami yang katanya punya kesamaan. Nah, yg terakhir ini, aku memang kurang mengerti. Hwehwhw
Tapi tak jarang pula kritikan datang. Jelas aku terima karna kami memang bukan siapa-siapa. Padahal suka atau tidaknya orang2 dari sudut pandang yang berbeda, aku tidak pernah bercerita bahwa aku memang punya kedekatan. jujur. aku tdk pernah buka mulut.
Jika aku menganggap diriku sebagai pesaing, itu salah besar. Mungkin aku akan tertawa sejadi-jadinya. Boleh ya? Hehe. Kenapa? Ya jelas. Aku ini juga perempuan, tapi aku beda. Aku tidak secantik wanitanya, aku ini tidak mancung dan tinggiku hanya 154 cm. Kulitku sawo dan mataku tidak semenawan bintang iklan di tv. Aku juga tidak pintar. Mengerjakan sesuatu saja tergolong orang yang lemot.
Coba fikirkan lagi bagaimana mungkin aku bisa dipilihnya sebagai orang di masadepan? Sikapku masih kekanakan. Dan aku sulit mengatur keuangan. Ah, bukan idaman sekali, kan?
Ada satu hal yang aku sukai dari lelaki itu. Waktunya. Waktu yang dia berikan untukku lebih banyak jika dibandingkan dengan teman perempuan yg lainnya. Disini, akulah pemenangnya.
karna seorang teman memberitahuku, bahwa kado terbaik dari seseorang adalah waktu. Disaat dia memberi waktunya untukmu, berarti dia memberikan satu hal di dalam hidupnya yang tidak bisa terulang atau ditarik kembali.
Tepat sekali. Sudah baik, memperlakukanku dengan semestinya, dia juga tak perhitungan. meskipun aku adlh pendatang di Kota ini, dia tetap mau menjadi kawanku. tidak pemilih, tidak merasa keberatan dengan bahasa, karakter dan budayaku yang banyak perbedaannya.
Namun, disini, kita harus lebih banyak belajar mendefinisikan kata 'baik'. Baiknya laki2 ya guys?.
Aku sebagai perempuan, sebagai kawan, adik, sahabat atau apalah itu namanya, kurasa harus belajar banyak lewat kisahnya. Banyak sekali perempuan-perempuan yang kadang salah mengartikan kebaikan yang laki-laki kasih kepada perempuan.
Kalau kalian bertanya kenapa aku tidak sesedih ini saat berpisah padanya, akan aku jelaskan. tapi, ini terlepas dr kisah ku dengannya ya? Ini untuk pada umumnya.
Aku sebagai wanita, ingin menyampaikan pesan kpdmu bahwa hati-hatilah dengan kebaikan laki-laki. Jangan mudah memetik buah-buah segar yang tidak pernah kau tanam. Jangan mudah menikmati hasil yang tidak pernah kau rawat. Jangan mudah meletakkan hati pada sembarangan tempat.
Katanya semua laki-laki memang baik, sebab nalurinya yang menjadikan dia memiliki perhatian lebih. Menjadi baik itu terkadang menjadi ujian yang paling menyebalkan bagi dia karena kebaikan kebaikan nya yang sering kali disalah artikan. Akibatnya, menjadi laki-lakipun serba salah. Mereka baik, kita yang terlampau berlebihan menyikapinya. Mereka diam, kitaa yang mengatakan dia tidak peka. *ternyata bukan hayati saja yang lelah.*
Padahal mereka hanya belajar baik untuk semua, ya bukan? Setidaknya, kita bantu mereka menjadi baik karena kebaikan itu sendiri. Bukaan membuat mereka takut berbuat baik karna penilaian kita yang melebihi lebih kan.
Juga, aku tidak tergesa-gesa mengarang cerita kepada sesamaku tentang kebaikan kebaikan lelaki yang sering di salah artikan. Aku tidak ingin menjadi wanita yang mudah menyimpulkan hal yang belum selesai. Khawatir, akan timbul harapan dari perasaan sendiri-lalu-kecewa. Itu tipsnya.
Hwhwhwhe kenapa jadi kesini2 ? Setelah hari itu berlalu, sepatah katapun tak ada yang terucap dari kita saat kita bertemu. Kita seperti orang yang tak pernah saling kenal.
Untuk melupakan segalanya, aku membuat diriku menjadi super sibuk. Segala kegiatan aku datangi, aku kerjakan, aku iyakan. ikut seminar, jualan es teh keliling di wisudaan kampus hingga sore, karaokean dua hari berturut-turut, mendengarkan musik setiap hariku. Maaf ya teman2, jangan ditiru. Karna di agama tidak diajarkan menyiksa diri seperti ini.
Sudahlah, aku tidak ingin berkata banyak tentang ini. Setidaknya tulisanku ini adlh pengganti kesedihanku dan tangis yang aku tahan2 dari kemarin. Tidak ada teman curhat yang nyaman selain 3 hal. Cermin, sajadah dan pena.
Tapi tak jarang pula kritikan datang. Jelas aku terima karna kami memang bukan siapa-siapa. Padahal suka atau tidaknya orang2 dari sudut pandang yang berbeda, aku tidak pernah bercerita bahwa aku memang punya kedekatan. jujur. aku tdk pernah buka mulut.
Jika aku menganggap diriku sebagai pesaing, itu salah besar. Mungkin aku akan tertawa sejadi-jadinya. Boleh ya? Hehe. Kenapa? Ya jelas. Aku ini juga perempuan, tapi aku beda. Aku tidak secantik wanitanya, aku ini tidak mancung dan tinggiku hanya 154 cm. Kulitku sawo dan mataku tidak semenawan bintang iklan di tv. Aku juga tidak pintar. Mengerjakan sesuatu saja tergolong orang yang lemot.
Coba fikirkan lagi bagaimana mungkin aku bisa dipilihnya sebagai orang di masadepan? Sikapku masih kekanakan. Dan aku sulit mengatur keuangan. Ah, bukan idaman sekali, kan?
Ada satu hal yang aku sukai dari lelaki itu. Waktunya. Waktu yang dia berikan untukku lebih banyak jika dibandingkan dengan teman perempuan yg lainnya. Disini, akulah pemenangnya.
karna seorang teman memberitahuku, bahwa kado terbaik dari seseorang adalah waktu. Disaat dia memberi waktunya untukmu, berarti dia memberikan satu hal di dalam hidupnya yang tidak bisa terulang atau ditarik kembali.
Tepat sekali. Sudah baik, memperlakukanku dengan semestinya, dia juga tak perhitungan. meskipun aku adlh pendatang di Kota ini, dia tetap mau menjadi kawanku. tidak pemilih, tidak merasa keberatan dengan bahasa, karakter dan budayaku yang banyak perbedaannya.
Namun, disini, kita harus lebih banyak belajar mendefinisikan kata 'baik'. Baiknya laki2 ya guys?.
Aku sebagai perempuan, sebagai kawan, adik, sahabat atau apalah itu namanya, kurasa harus belajar banyak lewat kisahnya. Banyak sekali perempuan-perempuan yang kadang salah mengartikan kebaikan yang laki-laki kasih kepada perempuan.
Kalau kalian bertanya kenapa aku tidak sesedih ini saat berpisah padanya, akan aku jelaskan. tapi, ini terlepas dr kisah ku dengannya ya? Ini untuk pada umumnya.
Aku sebagai wanita, ingin menyampaikan pesan kpdmu bahwa hati-hatilah dengan kebaikan laki-laki. Jangan mudah memetik buah-buah segar yang tidak pernah kau tanam. Jangan mudah menikmati hasil yang tidak pernah kau rawat. Jangan mudah meletakkan hati pada sembarangan tempat.
Katanya semua laki-laki memang baik, sebab nalurinya yang menjadikan dia memiliki perhatian lebih. Menjadi baik itu terkadang menjadi ujian yang paling menyebalkan bagi dia karena kebaikan kebaikan nya yang sering kali disalah artikan. Akibatnya, menjadi laki-lakipun serba salah. Mereka baik, kita yang terlampau berlebihan menyikapinya. Mereka diam, kitaa yang mengatakan dia tidak peka. *ternyata bukan hayati saja yang lelah.*
Padahal mereka hanya belajar baik untuk semua, ya bukan? Setidaknya, kita bantu mereka menjadi baik karena kebaikan itu sendiri. Bukaan membuat mereka takut berbuat baik karna penilaian kita yang melebihi lebih kan.
Juga, aku tidak tergesa-gesa mengarang cerita kepada sesamaku tentang kebaikan kebaikan lelaki yang sering di salah artikan. Aku tidak ingin menjadi wanita yang mudah menyimpulkan hal yang belum selesai. Khawatir, akan timbul harapan dari perasaan sendiri-lalu-kecewa. Itu tipsnya.
Hwhwhwhe kenapa jadi kesini2 ? Setelah hari itu berlalu, sepatah katapun tak ada yang terucap dari kita saat kita bertemu. Kita seperti orang yang tak pernah saling kenal.
Untuk melupakan segalanya, aku membuat diriku menjadi super sibuk. Segala kegiatan aku datangi, aku kerjakan, aku iyakan. ikut seminar, jualan es teh keliling di wisudaan kampus hingga sore, karaokean dua hari berturut-turut, mendengarkan musik setiap hariku. Maaf ya teman2, jangan ditiru. Karna di agama tidak diajarkan menyiksa diri seperti ini.
Sudahlah, aku tidak ingin berkata banyak tentang ini. Setidaknya tulisanku ini adlh pengganti kesedihanku dan tangis yang aku tahan2 dari kemarin. Tidak ada teman curhat yang nyaman selain 3 hal. Cermin, sajadah dan pena.
Komentar
Posting Komentar