sekotak kisah 1 hr 1 malam di desa Kedungharjo Mantingan

جنة الدنيا الحب في الله، و جنة الفردوس الآخرة. جمعني الله بكم في الجنتين 

Surga dunia adalah percintaan karena Allah, dan surga Akhirat adalah al-Firdaus, semoga Allah mengumpulkan aku dan kalian di dua surga itu

Allah mempertemukan kami saat saya berkunjung ke rumah kakak tingkat kuliah yang akan menikah besok. Berhubung tempatnya jauh, saya dan rombongan menginap semalaman di malam H sebelum acara. 

Yang biru namanya Adel. Dia punya pekarangan kucing d rumahnya. Yg tengah, namanya Safa, lebih tua satu tahun diantara yang lain. Yg terakir, namanya Selvia putri. Nama akrabnya Via, anak inilah yang ingin saya ceritakan untuk kalian. 

Setiap ditanyain tentang ibunya, Via selalu menjawab: "ibuku ada di gunung". Karna masih polos dan saya penasaran tentang Via ini, sayapun nanya nenek2, ternyata orangtua Via sudah cerai, ibunya sudah menikah lagi dan ayahnya ada di Kalimantan.

Dia disini, Ngawi, hanya tinggal bersama neneknya. Tp masyaAllah, semangat hidupnya melebihi saya yang bahkan tak ada apa-apanya. dia yg ngajak saya dan kawan2nya sholat berjamaah, dia pula yg meminta saya mendongengkan kisah untuknya dan kawan2nya sebelum mereka beranjak pulang dan tidur, pas saya tanya : 'mau cerita tentang apa?' Via bilang 'tentang nabi2'. MaasyaAllah bagaimana tidak terenyuh? pagi2nya pun Via pula yang pertama kali datangin kamar saya, seperti sudah siap menjalani hari yang baru. 

Via terlihat bahagia bisa mengenal kami dan terlihat sedih ketika kami hendak kembali ke asal kami, bahkan ingin ikut kemanapun kami pergi. Dia mau sekolah di Solo, mau melihat ibu kota Jakarta. Hidupnya sangat sederhana dan nggak neko2. 

Saya benar2 mencintainya sebelum Via berkata bahwa Via menginginkan saya menjadi kakaknya. Via mempunyai perangai yg lembut melebihi bunga matahari yang katanya mirip dengan kecantikan saya. Saya teringat pula malam saat saya diminta untuk memberikan dongeng, saya harus mengumpat di rumah sebelah karna saya khawatir mereka tidak tidur dan tida mau pulang, lalu paginya dengan raut wajah polos dan dengan keseriusannya Via berkata: 'semalam aku tidak bisa tidur mbak' 'mengapa?' 'memikirkanmu, aku fikir km sudah kembali, karna kata Kakak2 yang lain kamu sudah pulang''. Dan ternyata malam ini perkataan itulah yg membuat saya susah tidur stelah siang itu saya harus meninggalkanya balik ke Solo.

Via menangis, yg lain juga menghampiri saya agar kami bisa menetap disini. Hati saya pun sesak. 'kami harus kuliah.. InsyaaAllah. Suatu saat kita bisa bertemu lagi, belajar yang benar, saya tunggu ranking 1nya di sekolahan. Via memelukku, wajahnya tak lagi tersenyum. Pancarannya redup tdk seperti bunga matahari lagi. Mendung menyelimuti jiwanya. Via tak mampu berkata-kata. Hanya gantungan kunci berbentuk bunga yg bisa saya beri untuknya. Satu2nya benda keramat saya yg sayapun sangat menjaga itu. Namun saya tau, kecintaan saya pada gantungan itu tidak melebihi kecintaan Via pada saya meski dalam pertemuan yang singkat. 

Benarlah apa yg d katakan pak Hamdan -dosen saya tercinta- bahwa hidup hanyalah perjalanan menuju keabadian. Satu kata. Sederhana aja. Hidup itu sederhana. Lbh tentang pertemuan dan perpisahan pula. Dan cinta itu saling, bukan paling. Oke? Di dunia ini, selalu ada alasan dibalik setiap perjumpaan. Saya teringat seorang pujangga pernah bertutur:

كل الذين عرفناهم اقدار جميلة، وضعها الله في ضروبنا لحكمة، ووضعنا الله في دروبهم لحكمة كذلك. فلا تندم على معرفة احدا


''semua yg kita kenal dari mereka adalah takdir yang indah, Allah meletakkannya di jalan kita untuk sebuah hikmah, begitu juga Allah meletakkan kita dijalan mereka adlh untuk sebuah hikmah, maka jangan pernah menyesal untuk mengenal siapapun''

Dokumen dan lain-lain:



hari terakir


hari pas aku menghilang ngedongengin mereka dan tetap ditunggu
samawa ukhti uul

adel jadi kembang mayang

Komentar

Posting Komentar