lima belas empat puluh


Kau.
Yang mengisi relung hatiku dengan
sejuta mistis bertajuk indah
Mencipta lekukan menawan
di garis bibir yang serba salah

Warna kelabu meski dingin
Kurasa mampu menuai kasta berbingkis coklat tanpa berpilah

Memicu untuk kupandangi sekali lagi tanpa ingin aku mengalah
Tolong jangan halangi aku untuk merindu
Padamu yang kesebut kaisar dalam Negeri kertonatan
Aku tak bisa tidur, bahkan Mengesampingkan bayangmu yang tanpa sadar kini kian punah

Pena itu tuan, yang kutuliskan pada selembaran daun pagi tadi, tanpa sadar mematahi ruangan kalbu dan menghunus larut hingga ke tanah

Padahal belum tersampaikan titahku padamu yang kian meresah

Ini bukan soal jumlah
Bukan soal harta yg melimpah ruah
Atau banyaknya orang yg mengikutimu dalam kafilah
Sehingga aku terhalang untuk menemuimu dan tercegah dari melihat wajah
Haha tidak, perjuanganku tidak seburuk itu hai jerapah-jerapah
Aku ini menawan loh

Tapi coba fikirkan lagi yang kemarin terbahas sudah
Di dalam kastilmu minggu keempat jam lima belas empat puluh
Tentang isi hati yang dulu pernah kau sentuh.
Yang kini runtuh
Tersungkur lebur dan terjatuh


Komentar